Mata Pelajaran : Hadist (Al-Arba’in An-Nawawi)
Materi : Hadist ke-1 (Niat)
Pemateri : Ust. Oko Haryono, S.Ag.
عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ
بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ،
وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ
وَرَسُوله فَهِجْرتُهُ إلى اللهِ وَرَسُوُله، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا
يُصِيْبُهَا أَو امْرأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ»
رواه إماما المحدثين أبو عبدالله محمد بن
إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بَرْدِزْبَه البخاري، وأبو الحسين مسلم بن
الحجَّاج ين مسلم القشيري النيسابوري، في صحيحيهما اللَذين هما أصح الكتب المصنفة.
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu
‘anhu berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niatnya dan setiap orang akan
mendapatkan sesuai dengan niatnya. Maka, barangsiapa yang hijrahnya kepada
Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa
yang hijrahnya kepada dunia yang ingin diraih atau wanita yang ingin dinikahi
maka hijrahnya kepada apa yang dia berhijrah kepadanya.”
Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits: Abu Abdillah Muhammad bin
Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari dan Abul Husain
Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qushairi an-Naisaburi di kedua kitab Shahihnya
yang merupakan dua kitab paling shahih yang pernah disusun. Shahih al-Bukhari
(no. 1, 54, 2529, 3898, 5070, 6689, 6953), Shahih Muslim (no. 1907),
PENJELASAN:
Imam Bukhari menyebutkan hadits innamal a’malu binniyat ini di awal
kitab shahihnya sebagai mukadimah kitabnya, di sana tersirat bahwa setiap amal
yang tidak diniatkan karena mengharap Wajah Allah adalah sia-sia, tidak ada
hasil sama sekali baik di dunia maupun di akhirat.
Al Mundzir menyebutkan dari Ar Rabi’ bin Khutsaim, ia berkata,
“Segala sesuatu yang tidak diniatkan mencari keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla,
maka akan sia-sia”.
Abu Abdillah rahimahullah berkata, “Tidak ada hadits-hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih banyak, kaya dan dalamnya faedah
daripada hadits ini”.
Abdurrahman bin Mahdiy berkata, “Kalau seandainya saya menyusun
kitab yang terdiri dari beberapa bab, tentu saya jadikan hadits Umar bin Al
Khattab yang menjelaskan bahwa amal tergantung niat ada dalam setiap bab”.
Mayoritas ulama salaf berpendapat bahwa hadits ini sepertiga Islam.
Mengapa demikian?
Menurut Imam Baihaqi, karena tindakan seorang hamba itu terjadi
dengan hati, lisan dan anggota badannya, dan niat yang tempatnya di hati adalah
salah satu dari tiga hal tersebut dan yang paling utama.
Menurut Imam Ahmad adalah, karena ilmu itu berdiri di atas tiga
kaidah, di mana semua masalah kembali kepadanya, yaitu:
Pertama, hadits “innamal a’malu binniyat” (Sesungguhnya amal itu
tergantung dengan niat).
Kedua, hadits “Man ‘amila ‘amalan laisa ‘alaihi amrunaa fahuwa
radd” (Barang siapa yang mengerjakan suatu amal yang tidak kami perintahkan,
maka amal itu tertolak).
Ketiga, hadits “Al Halaalu bayyin wal haraamu bayyin” (Yang halal
itu jelas dan yang haram itu jelas).”
Di samping itu, niat adalah tolok ukur suatu amalan; diterima atau
tidaknya tergantung niat dan banyaknya pahala yang didapat atau sedikit pun
tergantung niat.
Niat adalah perkara hati yang urusannya sangat penting, seseorang
bisa naik ke derajat shiddiqin dan bisa jatuh ke derajat yang paling bawah
disebabkan karena niatnya.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuatkan
perumpamaan terhadap kaidah ini dengan hijrah; yaitu barang siapa yang
berhijrah dari negeri syirik mengharapkan pahala Allah, ingin bertemu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menimba ilmu syari’at agar bisa
mengamalkannya, maka berarti ia berada di atas jalan Allah (fa hijratuhuu
ilallah wa rasuulih), dan Allah akan memberikan balasan untuknya.
Sebaliknya, barang siapa yang berhijrah dengan niat untuk
mendapatkan keuntungan duniawi, maka dia tidak mendapatkan pahala apa-apa,
bahkan jika ke arah maksiat, ia akan mendapatkan dosa. Niat secara istilah
adalah keinginan seseorang untuk mengerjakan sesuatu, tempatnya di hati bukan
di lisan.
Demikian sekilas tentang muqoddimah dalam kitab tersebut. Semoga
menjadi menfaat bagi kita semua. Wallahu A’lamu bi Al-Showaab.
*Editor. Ust. Ahmad Asrori, S.H.
No comments:
Post a Comment