Saturday, 9 October 2021

Khulashoh Nurul Yaqin Juz 2 - Perang Uhud

Mata Pelajaran        : Tarikh (Khulashoh Nurul Yaqin Juz 2)

Materi                     : Perang Uhud

Pemateri                  : Ust. Nur hadziq, S.Pd.I

 

Perang uhud adl perang antara muslimin dan qurrois,  perang ini akhibat dr pembalasan Qurois atas kekalahannya d perang badar.

Jumlah kaum muslimin saat it adl 1000 vz 3000 dr pihak Qurois.

Awalnya muslimin menang hancurnya kaum muslimin saat itu krn tidak patuhnya pasukan pemana pada perintah Nabi.

Sahabat besar yg gugur saat itu adl Hamza bin Abdul Mutolib.

Khulashoh Nurul Yaqin Juz 3 - Penaklukkan Irak

 Mata Pelajaran       : Tarikh (Khulashoh Nurul Yaqin Juz 3)

Materi                     : Penaklukkan Irak

Pemateri                  : Ust. Ghufroni Misbah, S.Pd.I

 

قعتا الجسر : جهّز عمر رضى الله جيشا بقيادة أبى عبيد بن مسعود الثّقفى لإتمام فتح العراق , فتقابل الجيشان يفصل بينهما نهر الفرات . فأصلح أبو عبيد جسرا وعبر إليهم بجيشه فقتل أبو عبيد وانهزم المسلمون وغرق بعضهم فأمر المثنّى إلى المسلمين بشد الجسر فعبر عليه المسلمون وقتل منهم اربعة آلاف ومن الفرس ستّة آلاف

 

فلمّا علم عمر رضى الله عنه بذلك أرسل الجيوش إلى المثنّى فرتّبها وطلب من الفرس أن يعبروا إليه , فعبروا وحمل عليهم حملة فرّقت جمعهم ثمّ قطع الجسر فقتل من الفرس خلق عظيم . ثمّ أرسل السّرايا فملكت معظم العراق

 

Dua peristiwa pada jembatan : Umar R.A. menyiapkan sepasukan tentara yang dikepalai oleh Abu Ubaidah bin Mas’ud Atsaqafi, untuk menyempurnakan penaklukkan Irak. Sesampainya disana berhadapanlah kedua pihak tentara itu yang hanya dipisahkan oleh sungai Eufrat. Disitu ia memperbaiki jembatan dan menyeberang dengan tentaranya menuju ke arah musuh. Ketika itulah Abu Ubaidah meninggal dunia karena terbunuh, hingga tentara Islam menjadi terpecah-belah dan sebagian dari mereka ada yang tenggelam ke dalam sungai itu. Maka menyuruhlah Mutsanna pada orang-orang Islam untuk mengikat jembatan tadi sehingga orang-orang Islam sama menyeberang semuanya. Dalam peristiwa itu orang-orang Islam yang terbunuh ada 4.000 orang dan dari orang-orang Parsi yang terbunuh ada 6.000 orang. Maka setelah hal yang demikian itu diketahui oleh Umar R.A. beliau lalu segera cepat mengirimkan balabantuan pada Mutsanna. Disanalah ia mengatur tentaranya dan meminta kepada orang Parsi agara mereka menyeberang ke daerah pertahanan tentara Islam. Maka mereka lalu sama menyeberang. Ketika itulah mereka diserang oleh orang-orang Islam dan pasukan mereka dipecah-belahkan. Kemudian ia memutus jembatan tadi, sehingga dalam peristiwa itu tentara Parsi yang menjadi korban banyak sekali jumlahnya. Setelah itu ia mengirimkan sepasukan tentara ke negri Irak, yang akhirnya mereka dapat menguasai sebagian besar negri itu.

Yanbu’a Jilid 6 - Hukum Wawu

 Mata Pelajaran           : Tajwid (Yanbu’a Jilid 6)

Materi                        : Hukum Wawu

Pemateri                      : Ust. Lukman Hakim, S.H.I

 

HUKUM WAWU

1. Waw yang dibaca panjang

اُولٰـهُمَا      اُولٰـهـُمَا

Waw yang didahului dlommah yang tetap dibaca panjang seperti :

اُولٰـهُمَا  ,    اُوْلٰـهـُمْ

اُولٰـهُمَا     U-nya tetap dibaca panjang   اُولٰـهُمَا

فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ أُولٰـهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَا أُوْلِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُواْ خِلالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُولاً  ( ألاِسْرَاء  5 ج 15 )

  اُولٰـهُمْ     U-nya tetap dibaca panjang   اُولٰـهُمْ

وَقَالَتْ أُولٰـهـُمْ لِأُخْرَاهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِن فَضْلٍ فَذُوقُواْ الْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْسِبُونَ  ( ألاَعْرَاف  39 ج 8 )

 

 

Friday, 8 October 2021

Bulughul Marom - Puasa bagi musafir

 Mata Pelajaran           : Hadis (Bulughul Marom)

Materi                        : Puasa bagi musafir

Pemateri                      : Usth. Siti Khoerun Nisa, S.Pd


Dari Hamzah Ibnu Amar al-Islamy Radliyallaahu 'anhu bahwa dia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku kuat shaum dalam perjalanan, apakah aku berdosa? Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ia adalah keringanan dari Allah, barangsiapa yang mengambil keringanan itu maka hal itu baik dan barangsiapa senang untuk shaum, maka ia tidak berdosa." Riwayat Muslim Dan asalnya dalam shahih Bukhari-Muslim dari hadits 'Aisyah bahwa Hamzah Ibnu Amar bertanya.

Ada banyak kondisi yang memperbolehkan seseorang untuk tidak berpuasa, di antaranya adalah ketika sedang dalam perjalanan.

Hal tersebut seperti dijelaskan dalam Surat  Al Baqarah ayat 185 yang berbunyi: "...Barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu."

Keringanan itu dalam istilah fikih disebut dengan rukhsah, yaitu keringanan dalam beribadah yang diakibatkan oleh kondisi tertentu. Artinya, jika seseorang merasa tak kuat untuk melanjutkan puasa, maka ia diperkenankan untuk berbuka atau tidak puasa. Sebaliknya, jika ia mampu melanjutkan puasa meski dalam perjalanan, ia pun diperbolehkan untuk berpuasa. Namun, apakah keringanan seorang musafir itu berluka untuk semua tanpa ada ketentuan khusus?

Guru Besar Bidang Ilmu Filsafat Pendidikan Islam IAIN Surakarta Prof Toto Suharto mengatakan, keringanan seorang musafir untuk membatalkan puasa harus memenuhi beberapa ketentuan.

Ketentuan pertama adalah berdasarkan jenis perjalanan. Menurutnya, jika perjalanan tersebut bukan untuk melakukan maksiat.

Kedua adalah jarak (masafah). Toto mengatakan ada perbedaan soal ketentuan ini. Sebab, pada zaman Rasulullah SAW ketentuan jarak ini diukur berdasarkan waktu. Namun, saat ini ulama tolak ukurnya berdasarkan jarak, yaitu sekitar 80 kilometer. "Kalau sekarang, ulama fikih khususnya menurut madzab Syafii itu menentukannya memakai jarak, yaitu sekitar 80 kilometer," jelas dia. Artinya kalau perjalanannya di atas 80 kilometer, maka ia diperbolehkan untuk berbuka.

Ketentuan terakhir adalah perjalanannya dilakukan sebelum terbit fajar atau dari waktu malam. "Kalau menurut madzab Syafii, sudah subuh atau pagi hari, meskipun jaraknya jauh sebaiknya tidak berbuka puasa," tuturnya. Toto menegaskan bahwa ketentuan rukhsah tersebut bergantung pada orang yang melakukannya, apakah ia mampu dan kuat untuk menjalani puasa atau tidak.

Cara Qadha Puasa?

Musafir yang meninggalkan puasanya karena urusan perjalanan, wajib menggantinya di lain hari di luar Ramadan. Kewajiban mengganti puasa (qadha puasa) disunahkan segera ditunaikan selepas Ramadan berakhir. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Mukminun ayat 61: “Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” Menyegerakan qadha puasa disunahkan karena seorang hamba sebaiknya segera melunasi hutang ibadahnya kepada Allah. Sebab, ia tidak tahu kapan maut akan menjemput. Kendati demikian, sebenarnya melaksanakan qodho dibolehkan untuk ditunda jika ada hajat atau urusan lain. Qadha dapat dilakukan mulai dari bulan Syawal hingga bulan Syaban, asalkan belum masuk Ramadan berikutnya.





Durus Al-Aqāid Ad-Diniyyah Juz 4 - Pembagian sifat-sifat

Mata Pelajaran           : Aqidah (Durus Al-Aqāid Ad-Diniyyah Juz 4)

Materi                        : Pembagian sifat-sifat

Pemteri                      : Ust. Khosim, S.H.


Pembagian sifat-sifat

Sifat wajib bagi Allah dibagi menjadi empat bagian:

1. Nafsiah, 

2. Salbiyah, 

3. Ma'ani, 

4. Ma'nawiyah

Sifat nafsiyah adalah apabila Allah tidak mempunyai sifat itu, pasti tidak bisa dipahami, sifat Nafsiyah ada 1 yaitu wujud.

Sifat Salbiyah adalah Allah terhindar dari sifat yang tidak patut bagi Allah. Sifat salbiyah ada Lima Qidam, baqo', mukholafatul lilhawaditsi, qiyamuhu binafsihi, wahdaniyah.

Sifat ma'ani adalah semua sifat yang tetap ada pada dzat Allah. Sifat ma'ani ada 7 yaitu qudrah, irodah, ilmu, hayah, sama', bashor dan kalam.

Sifat ma'nawiyah adalah sifat ma'ani yang diluatkan dengan menakdirkan kalimat "kaunuhu". Sifat ma'nawiyah ada 7 yaitu qodiron, muridan, aliman, hayyan, sami'an, bashiron dan mutakaliman.

Nahwu Shrof (Jurumiyah) - KATA YANG DI-I'RAB (MU'RABAT) DENGAN HURUF (HARF)

Mata Pelajaran        : Nahwu Shrof (Jurumiyah)


Materi                     : KATA YANG DI-I'RAB (MU'RABAT) DENGAN HURUF (HARF)


Pemateri                  : Ust. Muhammad Yunus, S.E


KATA YANG DI-I'RAB (MU'RABAT) DENGAN HURUF (HARF)

i'rob dg huruf


Kata benda (isim) dan kata kerja (fi'il) yang Dii'rab dengan Huruf

والذي يُعرَبُ بالحروف أربعة أنواع : التثنية،وجمع المُذَكَّر السالم، والأسماء الخمسة، والأفعال الخمسة، وهي: يَفعلانِ، وتَفعلانِ، ويَفعلون، وتفعلون، وتفعلين.

فأما التثنيةُ فتُرفَعُ بالألف ، وتُنصَبُ وتُخفَضُ بالياء.

وأما جمع المذكر السالم فيُرفَعُ بالواو، ويُنصَبُ ويُخفَضُ بالياء.

وأما الأسماء الخمسة فتُرفَعُ بالواو، وتُنصَبُ بالألف، وتُخفَضُ بالياء.

وأما الأفعال الخمسة فتُرفَعُ بالنون وتُنصَبُ وتُجزَمُ بحذفها.

Kata yang di-i'rob dengan huruf ada 4 (empat): (a) Isim tasniyah (kata benda arti dua); (b) jamak mudzakkar salim (kata benda jamak beraturan); (c) asma'ul khomsah (kata benda khusus yang lima); (d) af'alul khomsah (kata kerja khusus yang lima).


Isim tasniyah rofak dengan huruf alif, nashab dan jar dengan huruf ya'.

Jamak mudzakkar salim rafa' dengan huruf wawu nashab dan jar dengan huruf ya'.

Asma'ul khomsah rafa' dengan huruf wawu, nashob dengan alif, jar dengan huruf ya'.

Af'alul khamsah rafa' dengan huruf nun, nashab dan jazm dengan membuang huruf nun.

Nahwu Shrof (Jurumiyah) - KATA YANG DI-I'RAB (MU'RABAT) DENGAN HURUF (HARF)


Lubabul Hadist - BAB 2 KEUTAMAAN LAA ILAAHA ILLALLOOH

 Mata Pelajaran        : Hadis (Lubabul Hadist)


Materi                     : BAB 2 KEUTAMAAN LAA ILAAHA ILLALLOOH


Pemateri                  : Ust. Oko Haryono, S.Th.I


وقال صلى الله عليه وسلم:  قال الله تعالى لا إله إلا الله كلامي وأنا هو، من قالها دخل حصني، ومن دخل حصني أمن من عقابي


Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda : “Allah berfirman: “laa ilaha illallah kalam-KU dan Aku-lah dia. Barang siapa mengucapkannya maka masuk dalam perlindungan-Ku, dan barang siapa masuk lindungan-Ku maka aman dari siksa-Ku”.


Hadits ini menjelaskan tentang keistimewaan lafadz "Laa ilaha illallah" yang sangat besar. Ketika kita membiasakan mengucapkan lafadz kalimat tauhid tersebut maka akan mendapatkan perlindungan dan ampunan dari Allah SWT.


Dalam Hadits yang lain Rosululloh SAW bersabda, "barang siapa mengucapkan laa ilaaha illa alloh maka keluar dari bibirnya seekor burung hijau yang mempunyai dua sayap putih yang di tretes intan dan yaqut, lalu burung itu terbang ke langit hingga terdengar suara gemuruh seperti gemuruhnya lebah, Dikatakan (kepada burung itu), "diamlah…!", Burung itu lalu berkata, "aku tidak akan diam sampai engkau mengampuni orang yang mengucapkanku, akhirnya Allah SWT pun mengampuni orang itu, dan menciptakan 70 mulut lagi untuk burung itu- yang terus meminta ampunan untuk orang yang membacanya sampai hari Kiamat. Maka ketika Kiamat telah tiba, burung itu menjadi penuntun dan petunjuk orang itu ke surga.


Maka dari itu marilah kita hiasi kehidupan kita sehari hari dengan selalu memperbanyak berdzikir kepada Allah SWT. karena keutamaannya sungguh sangat luar biasa. Karena kita sadari atau tidak manusia adalah tempatnya salah dan dosa, tiada manusia yang sempurna setiap manusia pasti mempunyai dosa maka sudah sepatutnya kita memohon ampunan kepada Allah SWT. Salah satunya agar dosa kita diampuni maka perbanyaklah berdzikir kepada Allah SWT terutama selalu membiasakan mengucapkan kalimat tauhid ini karena keutamaanya sangat banyak. 


Demikianlah,  Semoga kita bisa mengamalkan apa yg dijelaskan dalam hadits ini dalam kehidupan sehari hari Amin ya robbal alamin.

Khulashoh Nurul Yaqin Juz 1 - Pelajaran ke-11 KEHIDUPAN NABI SEBELUM MENJADI RASUL

Mata Pelajaran        : Tarikh (Khulashoh Nurul Yaqin Juz 1)

Materi                     : Pelajaran ke-11 KEHIDUPAN NABI SEBELUM MENJADI RASUL

Pemateri                  : Ust. Nur Hadziq, S.Pd.I


11 – حياته قبل الرّسالة


(11)KEHIDUPAN NABI SEBELUM MENJADI RASUL


 حينما قارب الأربعين من عمره أحبّ الإبتعاد عن النّاس والعبادة

Tatkala hampir sampai umur 40 tahun, Nabi suka sekali berjauh diri dari pergaulan dengan manusia (berkhalwat)serta beribadah.


 وقد اختار لعبادته غار حراء وهو جبل على طرق مكّة

Nabi memilih tempat beribadah digua hira’, yaitu sebuah gunung di jalanan makkah.


 وكان يأخذ معه زاده وإذا فرغ رجع إلى زوجته السّيّدة خديجة فيأخذ غيره

Nabi membawa bekal ke gua itu.apabila bekalannya itu habis, Nabi kembali kepada istri Beliau, Siti khotijah, untuk mengambil bekal lagi.


 وكان يتعبّد على دين جدّه إبراهيم من عشرة أيّام الى شهر

Nabi Muhammad menjalankan ibadah itu menurut Agama datuk Beliau, yaitu Nabi Ibrahim, dari sepuluh hari sampai sebulan lamanya.

Thursday, 7 October 2021

Arbain Nawawi - Hadis ke 9 tentang perintah dan larangan

Mata Pelajaran        : Hadis (Arbain Nawawi)

Materi                     : perintah dan larangan

Pemateri                  : Ust. Oko Haryono, S.Th.I


Pada hadits Al-Arba’in ke-9, disebutkan pembahasan tentan mengerjakan perintah sesuai dengan batas kemampuan seseorang.

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Lafal hadits lebih dekat ke Muslim. Nabi Muhammad Shallahu Alaihi WA Sallam bersabda:

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ، فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فأتوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ، وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ

“Apa yang telah aku larang pada kalian, maka jauhilah. Dan apa yang aku perintahkan pada kalian, maka kerjakanlah sesuai dengan (batas maksimal) kesanggupan kalian. Sesungguhnya, yang membinasakan umat terdahulu adalah banyaknya pertanyaan mereka terhadap nabi-nabi mereka.”

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah; seorang sahabat yang bernama asli Abdurrahman bin Shakhrin. Status hadits ini shahih dan bisa diamalkan.

Pelajaran dari hadits ini:

Pertama, wajib meninggalkan apa yang dilarang oleh Nabi SAW.

Kedua, larangan beliau mencakup yang sedikit dan banyak.

Ketiga, meninggalkan sesuatu lebih mudah dari mengerjakan sesuatu.

Keempat, tidak wajib melakukan perintah Nabi melainkan sesuai dengan batas kemampuan.

Kelima, manusia memiliki batas kemampuan atau kesanggupan.

Keenam, jika tidak mampu melaksanakan kewajiban secara keseluruhan, maka harus mengerjakan sesuai yang dia mampu.

Ketujuh, tidak seharusnya atau tidak patut orang ketika mendengar perintah Nabi kemudian mengatakan, “Apakah ini wajib atau sunnah?”

Kedelapan, apa yang diperintahkan dan dilarang Nabi, masuk kategori syariat.

Kesembilan, banyak bertanya khususnya dalam perkara yang tidak mungkin untuk dijangkau adalah sebab kehancuran.

Kesepuluh, umat terdahulu binasa atau hancur dikarenakan banyak pertanyaan seperti itu. Mereka banyak menyoal para Nabi. Bukan pertanyaan untuk diikuti jawabannya, hanya sekadar bertanya.

Intinya, segera tinggalkan larangan Nabi, lakukan secara maksimal sesuai kesanggupan perintahnya dan jangan menjadi orang yang banyak bertanya terhadap sesuatu yang tidak ada faedahnya untuk beramal, niscaya kita akan mendapatkan kesuksesan.

Sulam Taufiq - Syarat Sholat (Wudhu)

Mata Pelajaran        : Fiqih (Sulam Taufiq)

Materi                     : Syarat Sholat (Wudhu)

Pemateri                  : Usth. Siti Qomariah, S.Pd

 

Setengah dari syaratnya sholat yaitu wudhu dan yang sepadan dengan sholat itu seperti sholat mayit, sujud syukur, sujud tilawah.

Adapun untuk fardu²nya wudhu itu ada 6

1. Niat suci karena akan melaksanakan sholat

Dan tempatnya niat itu dihati dibarengi dengan membasuh wajah.

2. Membasuh wajah dari mulai tumbuhnya rambut sampai dagu bawah, dari telinga kanan sampai telinga kiri.

3.membasuh kedua tangan sampai siku, sampai disela²ni setiap jari-jarinya

4. Mengusap sebagian kepala meskipun rambutnya cuman satu yang tumbuh tetap diusap kepalanya

5. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki dan disela²ni setiap jari jari kakinya. Atau orang tersebut memakai muzah (sepatu) maka yang perlu sepatu atasnya cukup diusap saja. Syaratnya semua kaki tertutupi muzah tersebut, dan ketika akan memakai muzah dan orangnya dalam keadaan suci. Syarat lainnya muzah harus kuat sekiranya buat jalan selama tiga hari itu tidak rusak, dan tidak tembus air.

Hendaknya mendahulukan anggota kanan dan mengakhirkan anggota kiri

6. Tertib

Wednesday, 6 October 2021

Khulashoh Nurul Yaqin Juz 2 : Perang Bani Qainuqa’

 Mata Pelajaran        : Tarikh (Khulashoh Nurul Yaqin Juz 2)

Materi                     : Perang Bani Qainuqa’ 

Pemateri                  : Ust. Ghufroni Misbah, S.Pd.I

وفي السنة حدثت غزة بني قينقاع وهم قوم من يهود المدينة خانوا العهد فحاصرهم الرسول وطردهم من الدينة

Dalam tahun ini juga terjadi perang bani qainuqa’ (qainuqa’ ialah golongan orang orang yahudi madinah , yang mengkhianati perjanjian) , hingga rasulullah dan balatentara islam mengepung serta mengusirnya dari madinah . 

وفيها تحولت القبلة من بيت المقدس إلى الكعبة وفرض صوم رمضان وزكاة الفطر وزكاة الأموال وسنت صلاة العيدين وتزوج على بفاطمة وعمره احدى وعشرون سنة وعمرها خمس عشرة سنة

dalam tahun itu pula qiblat di pindahkan dari baitul maqdis ke ka’bah . juga  diwajibkannya bagi semua orang Islam untuk puasa bulan ramadhan , mengeluarkan zakat fithrah dan zakat mal , dan di sunnatkan pula untuk melakukan sholat dua hari raya , dan terjadi pula  pernikahan Ali dengan  Fatimah ketika itu  Ali berumur 21 tahun sedang Fatimah berumur 15 tahun . 

وفيها دخل الرسول بعائشة وسنها إذ ذك تسع سنوات وفي هذه السنة توت رقية بنت الرسول صلى الله عليه وسلم

dalam tahun itu juga Rasulullah menikah dengan Aisyah . ketika kawin ini Aisyah baru berumur 9 tahun . dalam tahun itu pula putri Rasulullah Ruqaiyah meninggal dunia . 

Pertanyaan  

ما غزوات التي حدثت في السنة الثانية.؟

perang apa sajakah yang terjadi di tahun ke dua ? 

من بنوا قينقاع؟

siapakah bani qainuqa’ itu ?  

متى تحولت القبلة إلى الكعبة؟

kapankah umat islam pindah qiblat dari baitul maqdis ke ka’bah ? 

 

 

Monday, 4 October 2021

Tarikh (Khulashoh Nurul Yaqin Juz 3 Hak 44)

Mata Pelajaran        : Tarikh (Khulashoh Nurul Yaqin Juz 3 Hak 44)

Materi                     : Penaklukkan Baitul Maqdis

Pemateri                  : Ust. Ghufroni Misbah, S.Pd.I


Penaklukkan Baitul Maqdis : Kota ini adalah yang dikepung oleh ‘Amr bin Ash. Karena itu orang-orang Rum (Pasukan Romawi.red) lalu minta berdamai atas kekuasaan Kholifah Umar bin Khattab. Beliau dengan segera pergi ke tempat mereka dan kepada mereka diberikan perjanjian. Hal ini terjadi pada tahun ke 15 Hijriyah. Sesudah itu ‘Amr bin ‘Ash berangkat ke negri Syam (Suriah.red) dan mengatur pemerintah di sana.


Penaklukkan Mesir : Setelah dari Syam kemudian berangkatlah ‘Amr bin Ash menuju ke Mesir karena telah diberi izin oleh Umar R.A. dengan balabantuanya sebanyak 12.000 orang. Kota itu dikepung oleh beliau sehingga rakyatnya berdamai dengan beliau. Beliau menetapkan Muqauqias sebagai kepala mereka. Kemudian beliau berangkat ke Iskandariyah dan negri itu ditaklukkan. Selanjutnya beliau memimpin tentaranya ke Shahra’ (Libya) hingga dapat menaklukkan kota Barqah dan Tripoli. Kemudian beliau hendak menuju ke Tunisia dan Al jazair, tetapi maksud itu oleh Umar R.A dilarang,

Dzonna wa akhwatuha

 Mata Pelajaran            : Nahwu (Jurmiyah)

Materi                     : Dzonna wa akhwatuha

Pemateri                   : Ust. Ahmad Najih, S.Pd.


Dzonna wa akhwatuha adalah fiil-fiil yang menashabkan mubtada’ dan khobar mubtada’ yang kemudian menjadikan dua maf’ulnya.


وامّا طننت وأخواتها فانّها تنصب المبتدأ والخبر على انّهما مفعولانلهاوهي ظنت وحسبت وخلت وزعمت ورأيت وعلمت ووجدت واتّخذت وجعلت وسمعت


“Adapun ظنّ dan saudara-saudaranya beramal menashabkan mubtada’ dan khobar yang kemudian menjadi maf’ul keduanya. [1] yaitu ظننت  (aku menduga);زعمت خلت حسبنت  (aku menduga); علمت رأيت ووجدت  (aku telah mengetahui dengan yakin); وجعلت واتّخذت (aku menjadikan); ) سمعتaku telah mendengar)”.[2]

Adapun anggota dari dzonna dan saudar-saudarnya ialah sebagai berikut:

ظَنَنْتُ     : aku telah menduga

حَسِبْتُ     : aku telah menduga

خِلْتُ       : aku telah menduga

زَعَمْتُ      : aku telah menduga

رَأَيْتُ       : aku telah mengetahui dengan yakin

عَلِمْتُ      : aku telah mengetahui dengan yakin

وَجَدْتُ     : aku telah mengetahui dengan yakin

اِتَّخَذْتُ      : aku menjadikan

جَعَلْتُ      : aku menjadikan

سَمِعْتُ      : aku telah mendengar

Contoh:

زَيْدٌ مُنْطَلِقٌ (Zaid Berangkat)  menjadi    

    ظَنَنْتُ مُنْطَلِقًا زَيْدًا (Aku telah menduga Zaid telah berangkat).

Dari contoh-contoh diatas bisa dilihat bahwa i’rob mubtada’ dan khobarnya (مُنْطَلِقٌ زَيْدٌ) yang tadinya rofa’ berubah menjadi nashab مُنْطَلِقًا زَيْدًا setelah kemasukan ظَنَنْتُ dimana nashabnya ditandai dengan fathah.

Perlu diketahui, bahwa ظنّ dan saudar-saudaranya yang dapat menashabkan mubtada’ dan khobar itu bukan hanya fi’il madhinya saja, tetapi semua tasrifnya juga, seperti: fi’il mudlori’, masdar, isim fa’il dan sebagainya.