Mata Pelajaran : Hadis (Bulughul Marom)
Materi : Hukum
jima’ ketika Puasa Ramadhan
Pemateri :
Ust. Syahidin Ghofur, S.Pd.I
Bagi suami istri, hubungan badan sepanjang bulan Ramadan
memiliki ketentuan tersendiri. Pada malam hari, hubungan badan ini dapat
bernilai sedekah seperti hari-hari lain. Akan tetapi pada siang hari ketika
tiba waktu untuk berpuasa sejak subuh hingga magrib, hubungan badan dipandang
sebagai dosa besar.
Definisi puasa secara istilah adalah menahan diri dari
hal-hal yang membatalkan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari
berdasarkan niat. Menahan diri yang dimaksud adalah, menekan syahwat, termasuk
berhubungan badan. Oleh karnanya, jika suami istri berhubungan badan pada waktu
puasa, keduanya tidak hanya wajib menggantinya di luar bulan Ramadan, tetapi
juga harus membayar kafarat.
Dalil wajib membayar kafarat bagi orang yang melakukan jima‘
di bulan Ramadan adalah hadis yang berbunyi:
عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال: (
جاء رجل الى النبي - صلى الله عليه وسلم - فقال: هلكت يا رسول الله ، قال: وما
أهلكك؟ قال: وقعت على امرأتي في رمضان. قال: هل تجد ما تعتق؟ قال: لا. فقال: هل
تستطيع أن تصوم شهرين متتابعين ، قال: لا، قال: فهل تجد ما تطعم ستين مسكيناً؟
قال: لا ، قال: ثم جلس فأتى النبي بعرق فيه تمر، فقال: تصدق بهذا، قال: على أفقر
منا فما بين لابيتها أهل بيت أحوج إليه منا، فضحك النبي - صلى الله عليه وسلم -
حتى بدت أنيابه، ثم قال: اذهب فأطعمه أهلك)
Artinya: Abu Hurairah RA berkata, ”Di saat kami duduk-duduk
bersama Rasulullah SAW datang seoang laki-laki kepada Nabi SAW dan berkata,
‘Aku telah binasa wahai Rasulullah! Nabi menjawab, apa yang mencelakakanmu?
Orang itu berkata, aku menyetubuhi isteriku di bulan Ramadan.’ Nabi bertanya,
adakah kamu memiliki sesuatu untuk memerdekakan budak? Orang itu menjawab,
tidak. Nabi bertanya lagi, sanggupkah kamu berpuasa dua bulan terus-menerus?
Orang itu menjawab, tidak. Nabi bertanya, apakah kamu memiliki sesuatu untuk
memberikan makan enam puluh orang miskin? Orang itu menjawab, tidak. Kemudian
Nabi terdiam beberapa saat hingga didatangkan kepada Nabi sekeranjang berisi
kurma dan berkata, sedekahkanlah ini. Orang itu berkata, adakah orang yang
lebih miskin dari kami? Maka tidak ada tempat di antara dua batu hitam penghuni
rumah yang lebih miskin dari kami? Dan Nabi pun tertawa hingga terlihat gigi
siungnya, kemudian beliu bersabda: sudah pergilah lalu beri makan keluargamu
dengan kurma ini. Riwayat Imam Tujuh, Lafad hadist riwayat Muslim.
Berdasarkan sabda nabi Muhammad Saw di atas, kafarat yang
harus dibayarkan meliputi tiga hal. Pertama, memerdekakan seorang budak atau
hamba sahaya.
Kedua, jika tidak mampu, maka harus berpuasa selama dua
bulan berturut-turut.
Ketiga, kalau masih tidak mampu, ia harus memberi makan 60
orang fakir miskin. Setiap orang berupa satu mud makanan pokok atau sekitar 0,6
kg beras.
No comments:
Post a Comment