Thursday, 21 October 2021

Bulughul Marom - Hukum jima’ ketika Puasa Ramadhan

Mata Pelajaran                        : Hadis (Bulughul Marom)

Materi                                      : Hukum jima’ ketika Puasa Ramadhan

Pemateri                                  : Ust. Syahidin Ghofur, S.Pd.I

 

Bagi suami istri, hubungan badan sepanjang bulan Ramadan memiliki ketentuan tersendiri. Pada malam hari, hubungan badan ini dapat bernilai sedekah seperti hari-hari lain. Akan tetapi pada siang hari ketika tiba waktu untuk berpuasa sejak subuh hingga magrib, hubungan badan dipandang sebagai dosa besar.

Definisi puasa secara istilah adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari berdasarkan niat. Menahan diri yang dimaksud adalah, menekan syahwat, termasuk berhubungan badan. Oleh karnanya, jika suami istri berhubungan badan pada waktu puasa, keduanya tidak hanya wajib menggantinya di luar bulan Ramadan, tetapi juga harus membayar kafarat.

 

Dalil wajib membayar kafarat bagi orang yang melakukan jima‘ di bulan Ramadan adalah hadis yang berbunyi:

عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال: ( جاء رجل الى النبي - صلى الله عليه وسلم - فقال: هلكت يا رسول الله ، قال: وما أهلكك؟ قال: وقعت على امرأتي في رمضان. قال: هل تجد ما تعتق؟ قال: لا. فقال: هل تستطيع أن تصوم شهرين متتابعين ، قال: لا، قال: فهل تجد ما تطعم ستين مسكيناً؟ قال: لا ، قال: ثم جلس فأتى النبي بعرق فيه تمر، فقال: تصدق بهذا، قال: على أفقر منا فما بين لابيتها أهل بيت أحوج إليه منا، فضحك النبي - صلى الله عليه وسلم - حتى بدت أنيابه، ثم قال: اذهب فأطعمه أهلك)

Artinya: Abu Hurairah RA berkata, ”Di saat kami duduk-duduk bersama Rasulullah SAW datang seoang laki-laki kepada Nabi SAW dan berkata, ‘Aku telah binasa wahai Rasulullah! Nabi menjawab, apa yang mencelakakanmu? Orang itu berkata, aku menyetubuhi isteriku di bulan Ramadan.’ Nabi bertanya, adakah kamu memiliki sesuatu untuk memerdekakan budak? Orang itu menjawab, tidak. Nabi bertanya lagi, sanggupkah kamu berpuasa dua bulan terus-menerus? Orang itu menjawab, tidak. Nabi bertanya, apakah kamu memiliki sesuatu untuk memberikan makan enam puluh orang miskin? Orang itu menjawab, tidak. Kemudian Nabi terdiam beberapa saat hingga didatangkan kepada Nabi sekeranjang berisi kurma dan berkata, sedekahkanlah ini. Orang itu berkata, adakah orang yang lebih miskin dari kami? Maka tidak ada tempat di antara dua batu hitam penghuni rumah yang lebih miskin dari kami? Dan Nabi pun tertawa hingga terlihat gigi siungnya, kemudian beliu bersabda: sudah pergilah lalu beri makan keluargamu dengan kurma ini. Riwayat Imam Tujuh, Lafad hadist riwayat Muslim.

 

Berdasarkan sabda nabi Muhammad Saw di atas, kafarat yang harus dibayarkan meliputi tiga hal. Pertama, memerdekakan seorang budak atau hamba sahaya.

Kedua, jika tidak mampu, maka harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut.

Ketiga, kalau masih tidak mampu, ia harus memberi makan 60 orang fakir miskin. Setiap orang berupa satu mud makanan pokok atau sekitar 0,6 kg beras.

No comments:

Post a Comment