Mata Pelajaran : Nahwu (Jurmiyah)
Materi : Fa’ail dan pembagianaya
Pemateri : Ust. Yunus, S.E.I.
Fa’il menurut bahasa artinya adalah
“pelaku”, sedangkan menurut ahli nahwu fa’il adalah:
الفَاعِلُ هُوَ الإسْمُ المَرْفُوْعُ
المَذْكُوْرُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ
“Fa’il ialah isim yang dibaca rofa’
yang mana fi’ilnya disebut terlebih dahulu sebelum fa’il”
Contoh:
Baca Juga ; Fi’il Lazim
جَاءَ مُحَمَّدٌ Muhammad telah datang
جَاءَ adalah fi’il madhi, مُحَمَّدٌ adalah fa’il (pelaku) yang mana disebut setelah fi’il madhi,
dan fa’il dibaca rofa’, tanda rofa’nya dhommah karena termasuk isim mufrod
(isim yang menunjukan arti satu)جَاءَ
الطَالِبَانِ Dua siswa itu telah datang
Lafadz الطَالِبَانِ adalah fa’il (pelaku), dibaca rofa’, tanda rofa’nya adalah
ditambah dengan alif karena termasuk isim tasniyah (isim yang menunjukan arti
dua).جَاءَ الطُلَّابُ Para siswa telah datang
Lafadz الطُلَّابُ adalah fa’il, dibaca rofa’, tanda rofa’nya dhommah karena
termasuk jamak taksir (isim yang menunjukan arti banyak dan tak beraturan).
جَاءَ المُسْلِمُوْنَ Orang-orang islam telah datang
Lafadz المُسْلِمُوْنَ adalah fa’il, dibaca rofa’, tanda rofa’nya ditambah huruf wawu
karena termasuk jamak mudzakkar salim (isim yang menunjukan arti banyak yang
dikhususkan untuk lelaki dengan menambahkan huruf wawu dan nun, atau
menambahkan huruf ya dan nun di akhir kata).
جَاءَ المُسْلِمَاتُ Para muslimah itu telah datang
Lafadz المُسْلِمَاتُ adalah fa’il, dibaca rofa’, tanda rofa’nya dhommah karena
termasuk jamak muannats salim (isim yang menunjukan arti banyak yang
dikhususkan untuk perempuan dengan menambahkan huruf alif dan ta di akhir
kata).
Nah, dari kelima contoh fa’il di
atas semuanya dibaca rofa’, karena memang fa’il (subjek/pelaku) dalam Bahasa
Arab selamanya HARUS dibaca ROFA’, dan ini menjadi kaidah yang paten dan resmi
tertulis dalam ilmu nahwu, kata nadzim:
الفَاعِلُ إِسْمٌ مُطْلَقاً قَدِ ارْتَفَعَ #
بِفِعْلِهِ وَالفِعْلُ قَبْلَهُ وَقَعَ
Fa’il adalah isim yang mutlak
dirofa’kan oleh fi’ilnya, dan fi’il (kata kerja) terletak sebelum fa’il.
dari pengertian di atas, sudah
sangat jelas bahwa fa’il ini termasuk isim atau kata benda, dan dibaca rofa’
oleh karena fi’ilnya (maksudnya adalah fa’il dibaca rofa karena ia menjadi
fa’il, dan fa’il tidak akan menjadi fa’il jika tidak ada fi’il, oleh karena
itu, fa’il dibaca rofa’ oleh karena fi’il).
Pembagian Fa’il
Fa’il sendiri dibagi menjadi dua,
yaitu dhohir (الظَاهِرُ) dan mudhmar (المُضْمَرُ), berikut penjelasannya:
1. Dhohir (الظَاهِرُ)
Pembagian fa’il yang pertama adalah
dhohir, dhohir sendiri menurut bahasa artinya adalah nampak atau jelas,
sedangkan menurut istilah fa’il dhohir adalah seperti yang disebutkan dalam
kitab al-jurumiyah:
مَادَلَّ عَلَى مُسَمَّاهُ بِلَا قَيِّدٍ
كَزَيْدٍ وَ رَجُلٍ
fa’il dhohir adalah lafadz yang
menunjukan pada yang disebutkan tanpa ikatan, seperti lafadz زَيْدٌ (zaid:nama orang) dan رَجُلٌ (seorang laki-laki).
adalah contoh-contoh fa’il dhohir:
قَامَ زَيْدٌZaid
berdiri
ذَهَبَ مُحَمَّدٌ Muhammad telah pergi
كَتَبَ مَحْمُوْدٌ الرِسَالَةَ Mahmuud menulis
surat
قَرَأَ أَحْمَدُ الكِتَابَ Ahmad membaca buku
جَاءَ الطَالِبُ Siswa itu telah datang
جَاء الطُلَّابُ Para siswa telah datang
قَالَ زَيْدٌ Zaid berkata
ذَهَبَ الطَالِبَانِ Kedua siswa itu telah pergi
Contoh-contoh di atas sudah sangat
jelas tentunya bahwa fa’il dhohir adalah fa’il yang langsung disebutkan di
dalam kalimat, dan langsung tertuju pada fa’il tersebut, tanpa ada perantara
dan tanpa ikatan apapun.
2. Mudhmar(المُضْمَرُ)
Pembagian fa’il yang kedua adalah
mudhmar, mudhmar sendiri menurut bahasa artinya adalah ‘yang tersembunyi’,
sedangkan menurut istilah fa’il mudhmar adalah seperti yang disebutkan dalam
kitab al-jurumiyah:
مَا دَلَّ عَلَى مُتَكَلِّمٍ أَوْ مُخَاطَبٍ
أَوْ غَائِبٍ
Fa’il mudhmar adalah lafadz yang
menunjukan kepada kata ganti orang yang berbicara (dhomir Mutakallim), kata
ganti orang yang diajak bicara (dhomir mukhotob), atau kata ganti orang yang
tidak ada (dhomir ghoib, contoh: dia & mereka).
a. Dhomir mutakallim (الضمير المتكلم) dibagi menjadi dua, yaitu dhomir mutakallim wahdah “ضمير متكلم
وحده”
dan mutakallim ma’al ghoir ‘متكلم مع الغير’.
Mutakallim Wahdah “ضمير متكلم
وحده”
yaitu kata ganti orang yang
berbicara ‘mutakallim’ menunjukan arti satu atau sendiri contohnya أنَا (saya), tapi ketika ia menjadi fa’il pada fi’il madhi maka
diganti dengan ta’ ta’nits yang berharokat dhommah تُ yang di letakan di akhir kata, lalu huruf sebelum ta’ harus
disukun, contoh:
فَتَحَ ‘dia telah membuka‘
—> menjadi فَتَحْتُ ‘saya telah membuka’.
berikut ini contoh mutakallim wahdah
ketika menjadi fa’il dalam sebuah kalimat lengkap: فَتَحْــتُ
الكِتَابَ Saya membuka bukujadi fa’il dari contoh di
atas adalah huruf تُ yang berarti dhomir
mutakallim wahdah artinya “Saya”
sedangkan ketika menjadi fa’il pada
fi’il mudhore’ maka tambahkan huruf hamzah أ di awal kata, contoh:
أَفْتَحُ الكِتَابَ Saya sedang memuka buku
Mutakallim Ma’al Ghoir “متكلم مع الغير”
yaitu kata ganti orang yang
berbicara ‘mutakallim’ menunjukan arti sendiri berserta lainnya (maksudnya
menunjukan arti orang banyak), contoh: نَحْنُ (kami / kita), tapi ketika ia menjadi fa’il pada fi’il madhi
maka diganti dengan nun dan alif yang diletakan di akhir kata lalu huruf
sebelum nun alif berharokat sukun, contoh:
فَتَحَ ‘dia telah membuka‘
—> menjadi فَتَحْنَا ‘Kami telah membuka’.
berikut ini contoh mutakallim ma’al ghoir ketika menjadi fa’il dalam sebuah
kalimat lengkap: فَتَحْــنَا
الكِتَابَ Kami membuka bukujadi fa’il dari contoh di
atas adalah huruf نَا yang berarti dhomir
mutakallim ma’al ghoir artinya ‘kami‘
sedangkan ketika menjadi fa’il pada
fi’il mudhore’ maka tambahkan huruf nun ن di awal kata, contoh:
نَــفْتَحُ الكِتَابَ Kami sedang memuka buku
b. Dhomir Mukhotob (الضمير المخاطب)yaitu kata ganti orang yang diajak bicara atau lawan bicara,
berikut ini dhomir mukhotob:
أنْتَ ‘Kamu (laki-laki)’ —>
ditunjukan untuk seorang mukhotob laki-laki. ketika menjadi fa’il dalam fi’il
madhi maka menjadi تَ yang berharokat FATHAH,
contoh:
ذَهَبْــتَKamu
(laki-laki) sudah pergi
sedangkan ketika menjadi fa’il pada
fi’il mudhore’, maka tambahkan huruf ta تَ di awal kata, contoh:
تَــذْهَبُ Kamu (laki-laki) sedang pergi
أنْتِ ‘Kamu (perempuan)’ —>
ditunjukan untuk seorang mukhotob perempuan. ketika menjadi fa’il dalam fi’il
madhi maka menjadi تِ yang berharokat KASROH,
contoh:
ذَهَبْــتِKamu
(perempuan) sudah pergi
Sedangkan ketika menjadi fa’il pada
fi’il mudhore’, maka tambahkan ta تَ di awal kata, dan tambahkan juga ya dan nun يْنَ di akhir kata, dan huruf sebelum يْنَ harus berharokat kasroh, contoh:
تَــذْهَبِــيْنَ Kamu (perempuan) sedang pergi
أنْتُمَا ‘Kamu berdua’ —>
ditunjukan kepada dua orang, baik laki-laki maupun perempuan. Ketika menjadi
fa’il dalam fi’il madhi maka menjadi تُمَا, contoh:
ذَهَبْــتُمَا Kamu berdua sudah pergi
Sedangkan ketika menjadi fa’il di
fi’il mudhore, maka tambahkan ta تَ di awal kata, dan tambahkan juga alif dan nun ان di akhir kata, contoh:
تَــذْهَبَــانِ Kamu berdua sedang pergi
أنْتُمْ ‘kalian (laki-laki)’
—> ditunjukan untuk orang banyak mukhotob laki-laki, ketika menjadi fa’il
dalam fi’il madhi maka menjadi تُمْ, contoh:
ذَهَبْــتُمْ Kalian (laki-laki) sudah pergi
Sedangkan ketika menjadi fa’il di
fi’il mudhore’, maka tambahkan ta تَ di awal, dan tambahkan juga wawu dan nun وْنَ di akhir kata, dan beri harokat dhommah sebelum wawu contoh:
تَــذْهَبُــوْنَ Kalian (laki-laki) sedang pergi
أنْتُنَّ ‘kalian (perempuan)’ —> ditunjukan untuk
orang banyak mukhotob perempuan, ketika menjadi fa’il dalam fi’il madhi maka
menjadi تُنَّ, contoh:
ذَهَبْــتُنَّ Kalian (perempuan) sudah pergi
Sedangkan
ketika menjadi fa’il di fi’il mudhore’, maka tambahkan ta di awal kata, lalu
tambahkan nun di akhir kata.
Demikian
sekilas pembahsan dalam kitab tersebut. Semoga menjadi menfaat bagi kita semua.
Wallahu A’lamu bi Al-Showaab.
*Editor. Ust. Ahmad Asrori, S.H.
No comments:
Post a Comment