Pendidikan
Berbasis Pancasila Memperkuat Persatuan Bangsa
Oleh:
Ahmad Asrori, S.H.
Peneliti di Lembaga Hukum
dan HAM Kendal dan Mahasiswa Pascasarjana
UIN Walisongo Semarang
“Pendidikan adalah senjata paling kuat yang dapat Anda
gunakan untuk mengubah dunia”
Demikianlah, petuah yang
disampaikan oleh Nelson Mandale—Presiden Afrika Selatan periode
1994-1999—tentang pentingnya sebuah pendidikan dalam mengubah tatanan
masyarakat dunia. Pendidikan yang baik dan benar serta
berbasis—dasar—Pancasilaharus ditanamkan sejak se-dini mungkin untuk menjaga
persatuan dan perdamaian NKRI. Sebab, NKRI sebagai negera kepulauan yang
terdiri dari berbagai ras, suku, agama, dan budaya sangat rawan akan gesekan
dan pertikaian antar sesama, dengan begitu perlu adanya penguatan karakter
Pancasila sejak dini untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara merupakan upaya untuk memajukan budi pakerti, pikiran, serta jasmani
anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak
yang selaras dengan alam dan masyarakat. Dalam hal ini, pendidikan dapat kita
artikan kedalam berbagai macam, kalau dalam segi formal ada tingkat SD sampai
Perguruan Tinggi, sedangkan yang non formal bisa melalui orang tua, keluarga
dan masyarakat sekitar.
Pentingnya pendidikan berbasis atau
berdasar pada nilai Pancasila sejak dini menjadi hal yang harus dilakukan, baik
di ranah pendidikan formal maupun non formal. Sebab, dengan nilai Pancasila
akan lebih mudah mencapai tujuan Negara Indonesia—memajukan kesejahteraan
umum—serta dengan nila Pancasila tersebut pula kehidupan sehari-hari
masyarakat, akan tercipta suasana cinta kasih, harmoni, dan damai. Namun,
perdamian tersbut sangat sulit dicapai, bila masyarakat Indonesia hanya
mengedepankan nafsu menguasai sehingga memicu adanya konflik, penindasan, dan
intimidasi dll.
Di era digital ini, pendidikan
literasi berbasis Pancasila juga harus diperjuangkan di dunia maya. Sebab,
menurut lembaga pasar e-Market, pengguna internet di seluruh alam mini diperkirakan
mencapai 3 miliar pada 2015 dan tiga tahun setelahnya, yakni 2018 diperkirakan
akan mencapai 3,6 miliarpengguna internet. Perlu kita ketahui, bahwa pengguna
internet atau user tentu tidak hanya menerima informasi di media,
malainkan mereka juga memproduksi. Dengan demikian, perlu orang-orang yang
terdidik untuk meminimalisir berita yang bersifat hoax, kebencian, fitnah, adu
domba, dll yakni generasi yang memiliki kepribadian nilai-nilai luhur
Pancasila.
Kekuatan
Pancasila diuji kembali
Dewasa ini, terjadi kasus teror dan
kasus yang membelot dari nilai Pancasila, sebut saja peristiwa Ibu yang
meledakan dirinya dengan bayinya yang berumur 2 tahun. Ibu tersebut adalah Mak Abu, yang merupakan Istri dari
Husain—Abu Hamzah— yang pada hari selasa, 12-03-19 ditangkap oleh Densus
88/Anti terror Polri, karena terduga sebagai teroris. Mabes polri telah
menyelidiki, bahwa Mak Abu dan anaknya yang berusia 2 tahun telah meledakan
diri di kediamanya sekitar pukul 01.20 pada hari Rabu, 13-03-19. (Tribun
Jateng: 14-11-20).
Peristiwa tersebut tidak bisa
dipandang sebelah mata. Perlu adanya upaya dan peran dari lembaga pemerintahan
yang konkrit untuk membasmi teroris dan paham radikal. Tentu peran sekolah
dalam penenaman nilai-nilai Pancasila dan anti paham radikalisme juga menjadi
faktor penentu. Penanaman tersebut dapat dilakukan dengan memberi mata
pelajaran Pancasila, Pendidikan Agama, dan Kewarganegaraan. Dan yang paling
urgen lagi adalah bagaimana sistem pendidikan sekolah tidak hanya dalam ranah
teori saja, melainkan juga diranah praktek sehari-hari.
Senada dengan itu, penanaman
pendidikan berbasis Pancasila juga harus dipraktekan di masyarakat. Lemahnya
praktik dan pendidikan Pancasila di masyarakat akan berimplikasi kepada
kualitas generasi penerus bangsa, karena lingkungan masyarakat juga ikut andil
dalam membentuk kepribadian seorang anak. Dengan demikian, perlu upaya-upaya
untuk mengatasi hal tersebut, di antaranya adalah dengan memasang poster-poster
yang bersifat nasionalisme di lingkungan sekitar, mendirikan kampung perdamaian
dll.
Maka dari itu, perlu adanya
sinergitas dari seluruh elemen masyarakat untuk mendidik generasi penerus
estafet kepemimpinan bangsa agar mereka memilki kepribadian dan kualitas
berkepribadian Pancasila, sehingga akan mampu menjaga kesatuan dan persatuan
bangsa. Mari, kita berbondong-bondong mempraktikan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, dan kita juga harus ikut andil dalam menyalurkan nilai
tersebut ke generas berikutnya, agar persatuan dan perdamian Indonesia
senantiasa terjaga.Wallahu a’lam
bi al-shawaab
No comments:
Post a Comment