Mata Pelajaran : Akhlak (Ta’lim AL-Muta’alim)
Materi : Syarat-syarat Ilmu
Yang Dipilih.
Pemateri : Ust. Kharisman, S.Pd.I.
Mengagungkan
Ilmu Dan Ahli Ilmu
Mengagungkan ilmu
Penting diketahui, Seorang pelajar
tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat,
selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati
keagungan gurunya.
Ada dikatakan : “Dapatnya orang
mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan sesuatu itu, dan gagalnya pula
karena tidak mau mengagungkannya. “Tidaklah anda telah tahu, manusia tidak
menjadi kafir karena maksiatnya, tapi jadi kafir lantaran tidak mengagungkan
Allah.
Mengagungkan
Guru
Termasuk arti mengagungkan ilmu,
yaitu menghormati pada sang guru. Ali ra berkata: “Sayalah menjadi hamba sahaya
orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di
merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya.”
Dalam masalah ini saya kemukakan
Syi’irnya:
Keyakinanku tentang haq guru, hak
paling hak adalah itu
Paling wajib di pelihara, oleh
muslim seluruhnya
demi memulyakan, hadiah berhak di
haturkan
seharga dirham seribu, tuk mengajar
huruf yang Satu
Memang benar, orang yang mengajarmu
satu huruf ilmu yang diperlukan dalam urusan agamamu, adalah bapak dalam
kehidupan agamamu.
Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin
Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami berucap : “bagi orang yang ingin
putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan, mengagungkan, dan
menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam pengembaraan
ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang alim, maka cucunyalah
nanti.”
Termasuk arti menghormati guru,
yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara
kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan
hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia
sendiri yang keluar dari rumah.
Pada pokoknya, adalah melakukan
hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjungjung tinggi
perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat
kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta.
Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang
yang bersangkut paut dengannya.
Di sini Guru kita Syaikhul Islam
Burhanuiddin Shahibul Hidayah pernah bercerita bahwa ada seorang imam besar di
Bochara, pada suatu ketika sedang asyiknya di tenmgah majlis belajar ia sering berdiri
lalu duduk kembali. Setelah ditanyai kenapa demikian, lalu jawabnya : ada
seorang putra guruku yang sedang main-main dihalaman rumah dengan
teman-temannya, bila saya melihatnya sayapun berdiri demi menghormati guruku.
Qodli Imam Fakhruddin Al-Arsyabandiy
yang menjabat kepala para imam di marwa lagi pula sangat di hormati sultan itu
berkata : “Saya bisa menduduki derajat ini, hanyalah berkah saya menghormati
guruku. Saya menjadi tukang masak makanan beliau, yaitu beliau Abi Yazid
Ad-Dabbusiy, sedang kami tidak turut memakannya.”
Syaikhul Imamil Ajall Syaikhul
Aimmah Al-Khulwaniy, karena suatu peristiwa yang menimpa dirinya, maka
berpindah untuk beberapa lama, dari Bochara kesuatu pedesaan. Semua muridnya
berziarah kesana kecuali satu orang saja, yaitu syaikhul imam Al-qadli Abu
Bakar Az-Zarnujiy. Setelah suatu saat bisa bertemu, beliau bertanya: “kenapa
engkau tidak menjengukku? Jawabnya : “Maaf tuan, saya sibuk merawat ibuku”
beliau berkata: “Engkau dianugrahi panjang usia, tetapi tidak mndapat anugrah
buah manis belajar.” Lalu kenyataanya seperti itu, hingga sebagian banyak waktu
Az-Zarnujiy digunakan tinggal di pedesaan yang membuatnya kesulitan belajar.
Barang siapa melukai hati sang
gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit kemamfaatannya.
Sungguh, dokter dan guru
Tak akan memberi nasehat, bila tak
di hormat
terimalah penyakitmu, bila kau acuh
doktermu
dan terimalah bodohmu, bila kau
tentang sang guru
Suatu hikayat : Khalifah Harun
Ar-Rasyid mengirim putranya kepada Al-Ashma’iy agar diajar ilmu dan adab. Pada
suatu hari, Khalifah melihat Al-Ashma’iy berwudlu dan membasuh sendiri kakinya,
sedang putra khalifah cukup menuang air pada kaki tersebut. Maka, Khalifahpun
menegur dan ujarnya : “Putraku saya kirim kemari agar engkau ajar dan didik;
tapi mengapa tidak kau perintahkan agar satu tangannya menuang air dan tangan
satunya lagi membasuh kakimu?”
No comments:
Post a Comment